Jend.Soedirman
mendapatkan pendidikan militer pertamanya dari Jepang. Ia direkrut
pemerintah negeri matahari terbit itu pada usia 25 tahun. Setahun
menempa pendidikan kemiliteran, Soedirman pun mendapatkan tugas besar
pertamanya.
Pada 3
Oktober 1943, pemerintah Jepang mengeluarkan Osamu Seirei Nomor 44 Tahun
2603 (1944) tentang Pembentukan Pasukan Sukarela untuk Membela Tanah
Jawa. Penguasa Karesidenan Banyumas mengusulkan Soedirman ikut
bergabung. Nugroho Notosusanto dalam buku Tentara PETA pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia, mengatakan hampir semua daidancho dan chudancho dibujuk secara pribadi oleh Beppan.
Daidancho
kebanyakan direkrut dari tokoh masyarakat, seperti guru, tokoh agama
Islam, dan pegawai pemerintah. “Karena itu, umurnya tak muda lagi,” kata
Nina Lubis, penulis buku PETA Cikal Bakal TNI. Daidancho adalah jabatan setingkat komandan batalion.
Soedirman kemudian masuk Peta angkatan kedua sebagai calon daidancho.
Muhammad Teguh mengenang cerita ibunya bahwa tentara Jepang sebenarnya
tidak suka dengan masuknya Soedirman. Sebab, ketika menjadi anggota
Badan Pengurus Makanan Rakyat, ia sering menentang instruksi tentara
Jepang. “Namun, saat itu Jepang berkepentingan membentuk pasukan
bersenjata untuk menghadapi serangan tentara Sekutu,”
Setelah diangkat menjadi daidancho pada usia 26 tahun, Soedirman pulang ke rumah dan menceritakan kepada Alfiah ihwal penempatannya di Kroya. “Saya menjadi daidancho di sini (Cilacap),” kata Soedirman. Ujian pertama Soedirman dilalui pada 21 April 1945, saat pasukan Peta di bawah komando bundancho Kusaeri memberontak di Desa Gumilir, Cilacap.
Perlawanan Peta Gumilir, Cilacap terjadi pada bulan Juni 1945. Perlawanan ini dipimpin oleh Kusaeri, komandan regu Peta di Cilacap. Kusaeri menyerah tetapi tidak dijatuhi hukuman. Sudirman berhasil menolong dan membebaskannya. Peristiwa
itu berlangsung lima hari setelah vonis tentara Jepang terhadap
pemberontakan Peta Blitar. Soedirman diperintahkan memadamkan
pemberontakan Gumilir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar